gambar dari inet.detik.com |
Bermain game menjadi salah satu kegiatan bagi sebagain
orang untuk mengisi waktu luang, atau hanya sekedar melepas penat sejenak dari
rutinitas. Beberapa game seperti tetris, super mario, flappy bird dll pernah
menjadi game yang paling sering dimainkan. Tak terkecuali game wormzone yang
saat ini menjadi game yang cukup sering dimainkan. Dengan cara bermain yang
mudah dan ukuran game yang kecil, tidak heran jika game Worms Zone dengan mudah
menjadi game favorit tahun 2020 ini.
Worms Zone, Game Cacing Makan Buah yang Membawa Nostalgia
Mungkin beberapa diantara kita masih ingat dengan game
snake di telepon genggam awal tahun 2000-an. Tahun 2020 Worms Zone datang
dengan membawa kenangan lama di masa kecil. Masih membawa konsep yang sama
dengan game snake jaman dulu. Kita memainkan ular yang diawal permainan masih
berukuran kecil, dan kita harus membuat ular yang kita mainkan untuk bertumbuh
menjadi lebih besar dan terus lebih besar dengan cara memakan buah-buahan yang
tersebar di dalam arena permainan.
Namun
game cacing ini menjadi lebih seru karena kita tidak bermain sendirian. Kita
akan bermain dengan pemain-pemain lain dari seluruh dunia secara acak. Dengan
adanya pemain-pemain lain membuat kita harus berkompetisi untuk menjadi cacing
yang paling besar. Selain makanan yang tersebar di arena, ada beberapa item
yang akan memberikan kita kemampuan khusus dalam permainan jika cacing kita
memakannya.
Tak
hanya itu, jika pemain menabrakkan cacingnya ke tubuh cacing pemain lain, maka
cacing yang menabrak ini akan mati dan mengulang permainan dari awal. Cacing
yang mati tubuhnya akan terurai menjadi makanan yang bisa dimakan oleh
cacing-cacing lain di arena permainan.
Game Cacing dan Pesan Semesta
Saat
saya mencoba untuk ikut memainkan game worms zone, sedikit terbesit sesuatu
yang cukup menarik. “ Kenapa ya kok cacing ini ketika mati tubuhnya malah jadi
makanan untuk cacing lain, apa maksudnya ini ya?”. Sejak saat itu saya berusaha
untuk mencoba memahami makna tersembunyi yang mungkin ada di dalam game worms
zone.
1)
Autopoesis
Disipatif
Saya teringat sebuah buku yang pernah saya baca
sebelumnya. Buku berjudul Filsafat Lingkungan Hidup dari Dr. A. Sonny Keraf.
Buku tersebut mencoba menjabarkan ulang tentang garis besar pemikiran Fritjof
Capra tentang lingkungan.
Buku
tersebut menjelaskan tentang salah satu teori yaitu struktur autopoesis
disipatif semesta. Keraf,(2014:19)
mencoba menjabarkan autopoesis disipatif sebagai berikut.
“struktur autopoesis disipatif yaitu sebagai sebuah sistem yang mampu memproduksi, meregenerasi, dan mengatur dirinya sendiri melalui proses dinamis menyerap energi dan materi dari lingkungan, tetapi sekaligus menghasilkan sisa-sisa proses produksi yang berfungsi sebagai energi dan materi bagi sistem kehidupan lainnya secara terus-menerus tanpa henti, dan melalui proses itu setiap organisme dan sistem kehidupan meregenerasi, membentuk dan mempertahankan dirinya sendiri tetapi bersamaan dengan itu memengaruhi dan menunjang kehidupan lainnya dalam ekosistem alam semesta ini.”
Singkatnya
bahwa dalam struktur autopoesis disipatif, sisa-sisa dari hasil proses
produksi suatu entitas akan menjadi bahan untuk proses produksi entitas lainnya
di ekosistem alam semesta ini dan akan berputar seperti itu terus. Dengan
demikian sebenarnya tidak ada sisa-sisa yang menjadi sia-sia, karena sisa-sisa
tersebut akan kembali digunakan entitas lain dan begitu seterusnya. Contoh
sederhana, matahari memberikan energi panasnnya untuk digunakan tumbuhan
mengolah makanannya, kemudian sisa proses itu (Oksigen) digunakan kembali oleh
kita manusia untuk menopang kehidupan kita, dan sisa dari proses bernafas yang
kita lakukan (karbon dioksida) kembali digunakan tumbuhan. Itu hanya contoh
sederhana yang sudah kita ketahui sejak kecil. Lantas bagaimana dengan yang
belum kita ketahui? Bukankah rantainya seharusnya menjadi lebih besar dan
melibatkan banyak entitas?
Sama seperti
dalam game Worms Zone, ketika cacing mati tubuhnya terurai menjadi makanan
untuk dimakan cacing lainya yang dipakai sebagai sumber energi agar tubuh
cacing semakin membesar dan begitu seterusnya.
Dari yang
saya coba pahami dan rasakan, game Worms Zone berhasil memberikan pesan bahwa
beginilah seharusnya alam semesta. Seharusnya tidak ada sesuatu yang menjadi
sia-sia. Semua hal dari yang terkecil memiliki perannya untuk menunjang
kehidupan / proses lain di alam semesta ini.
2) Makhluk Ekologi
Dalam buku tersebut juga dibahas tentang manusia
sebagai makhluk ekologi. Mengapa demikian?
Ekologi secara epistimologi berarti Oikos dan logos.
Oikos dalam Bahasa Yunani memiliki arti habitat tempat tinggal / rumah
tempat tinggal, “Oikos dipahami sebagai keseluruhan alam semesta dan
seluruh interaksi saling pengaruh yang terjalin di dalamnya di antara makhluk
hidup dengan makhluk hidup lainnya dan dengan keseluruhan ekosistem atau
habitat.” (Keraf, 2014, p. 16) . Logos berarti
ilmu atau kajian. Sehingga ekologi disini bisa dipahami sebagai “ilmu tentang
bagaimana merawat dan memelihara alam semesta tempat tinggal makhluk hidup.” (Keraf, 2014, p. 127) .
Ada kutipan dari Sonny Keraf yang sangat saya sukai
dari buku Filsafat Lingkungan Hidup dan menjadi sesuatu yang saya pegang.
“Dengan demikian, manusia tidak bisa lagi dipahami, memahami dan menghayati hidupnya sebatas sebagai makhluk sosial (social animal), yaitu makhluk yang tidak bisa hidup tanpa interaksi dengan sesamanya dan bergantung pada sesamanya. Melainkan sejatinya dan pada hakikatnya yang paling dalam, manusia adalah makhluk ekologis.”
Artinya adalah bahwa sebenarnya pemahaman kita bisa
“naik level”. Manusia tidak hanya sebagai makhluk sosial lagi, namun sebagai
makhluk ekologis yang tidak hanya tidak bisa hidup tanpa sesamannya, namun juga
tidak bisa hidup tanpa ekosistem alam semesta.
Karena berkaitan dengan struktur autopoesis disipatif bahwa
manusia memiliki peran untuk menjadi sesuatu yang penting bagi entitas lain,
dan memiliki peran untuk mendapat/memperoleh sesuatu dari entitas lain.
Game
Worms Zone berhasil mengingatkan kita tentang 2 hal tersebut. Bahwa setiap
entitas di alam semesta ini memiliki peran yang penting untuk saling menunjang
proses berjalanya kehidupan dan seandainya salah satu entitas hilang mungkin
saja akan mengganggu proses berjalannya alam semesta ini.
Labels:
game
Thanks for reading Pesan Semesta dari Game Cacing-Cacing. Please share...!
2 Comment for "Pesan Semesta dari Game Cacing-Cacing"
Kerennn ada ilmunya juga. Ditunggu blog selanjutnyaaaa
Terima kasih kakaa :D